Batam-(RempangPos.Com)- Kesenian Reog Ponorogo, salah satu warisan budaya Indonesia yang paling terkenal, terus memikat hati masyarakat baik di dalam negeri maupun mancanegara. Seni pertunjukan yang kaya akan nilai-nilai tradisi ini telah lama menjadi simbol kebanggaan masyarakat Ponorogo dan kini semakin diakui secara global.
Penampilan Reog Batam Madani dalam perayaan spektakuler bertajuk Gelar Reog Serentak Sedunia, berlangsung di Pantai Ocarina, Batam, Minggu (22/12/2024).
Pagelaran reog yang dipusatkan di Ponorogo Jawa Timur yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo, juga digelar serentak di berbagai negara dan disiarkan secara streaming pada pukul 08.00 Wib hingga 12.00 Wib.
Ketua Paguyuban Wargo Ponorogo (Pawargo) Kota Batam, Rina Safitri SH MH mengatakan, acara ini ditaja sebagai satu upaya dari masyarakat Ponorogo di seluruh dunia untuk merayakan pengakuan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh UNESCO.
Sebagai bentuk rasa syukur atas pengakuan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, Pengakuan UNESCO tersebut, diberikan pada 3 Desember 2024 dalam Sidang ke-19 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Asunción, Paraguay.
Rina Safitri menyebut pagelaran di Batam diikuti oleh sebanyak 13 grup Reog Ponorogo dari berbagai wilayah, termasuk Tanjung Balai, Tanjung Batu, dan Tanjung Pinang juga turut ambil bagian.
“Pagelaran ini dihadiri oleh 500 hingga 1.000 orang , menampilkan sejumlah grup Reog Ponorogo di Batam yang memukau, dan grup-grup lainnya yang mempersembahkan seni budaya Ponorogo dengan penuh semangat dan energi,” kata Rina Safitri yang juga menjabat Ketua Perempuan Tani (Pertani) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Kepri ini.
Acara yang diprakarsai oleh Pawargo Batam ini dihadiri oleh sesepuh Ponorogo seperti Ir Imam Bahroni, Utomo, Prayogi, Bashorisyah, Rudi Susanto, Marji, Tohari Kumis, dan Tekad.
Sejumlah pengurus Pawargo Batam juga hadir diantaranya: Demang dan Sodo (sekretaris), Setiawan dan Roni (bendahara), Mustofa atau Uban, Marji Riyanto, dan Roni (Wakil Ketua).
Acara juga diramaikan dengan kehadiran Ketua Ranting Pawargo Batam di antaranya Ranting Tiban: David, Ranting Batamcentre: Yudi, Rantinng Baloi: Heri, Ranting Bengkong: Hendro, Ranting Tanjungpiayu: Adit, Ranting Batuaji: Muji. Para ketua ranting dari berbagai daerah di Batam hadir memberikan dukungan.
“Kami juga mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada warga Ponorogo di Batam dan masyarakat yang hadir dan turut datang menyaksikan acara tersebut,” imbuh Rina Safitri.
Rina Safitri yang juga aktif sebagai Wakil KADIN Kota Batam merinci ke13 grup Reog yang ikut meramaikan antara lain, Reog Batam Madani, Suro Menggolo Bengkong, Teratai Bumi Reog, Reog Singo Joyo Manunggal, Reog Singo Senuk, Reog Suro Menggolo Tanjungpinang, Reog Gembong Ngesti Utomo, Reog Satrio Tomo, Reog Singo Bangkit, Reog Gembong Singo Mudho, Reog Sedulur Manunggal, Reog Gembong Singo Joyo, Reog Singo Mulang Joyo, dan Grup Harimau Barat.
Rina Safitri: Kami Mengapresiasi Upaya Semua Pihak hingga UNESCO Akui Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Dunia
Ketua Pawargo Batam Rina safitri SH MH (kanan)
Reog Ponorogo, seni tradisional khas Kabupaten Ponorogo, kini resmi tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO. Keputusan ini dihasilkan dalam sesi ke-19 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang berlangsung di Paraguay, pada 3 Desember 2024.
Ketua Pawargo Batam Rina Safitri SH MH menegaskan, “Kami sangat bangga bahwa perjuangan panjang untuk mendaftarkan Reog Ponorogo di UNESCO telah membuahkan hasil. Dengan acara ini, semoga budaya kita semakin dikenal di dunia,” ujar Rina Safitri yang juga menjabat sebagai Ketua IWAPI Kota Batam ini.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa seni tradisional dapat menyatukan masyarakat dari berbagai penjuru dunia dan membangun rasa cinta pada warisan budaya bangsa.
“Semoga gelar Reog Serentak Sedunia ini menjadi tradisi tahunan yang terus memperkokoh persaudaraan antarwarga Ponorogo, baik di dalam maupun luar negeri,” imbuh Rina Safitri.
Di Ponorogo sendiri, acara syukuran ini berlangsung meriah dengan partisipasi 30 kelompok Reog yang tampil di depan Paseban Alun-Alun Kabupaten Ponorogo. “Kami menyambut dengan penuh rasa syukur atas ditetapkannya Reog Ponorogo sebagai WBTb pada 3 Desember lalu,” ujar Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, yang akrab disapa Kang Giri.
Kang Giri menambahkan bahwa pagelaran serentak ini tidak hanya dilakukan di Ponorogo, tetapi juga di berbagai daerah lain di Indonesia hingga mancanegara.
“Pagelaran serentak juga diadakan di Amerika, Australia, Afrika, Korea, Jepang, Malaysia, dan negara-negara lain yang memiliki komunitas kesenian Reog,” ungkapnya.
Kang Giri menjelaskan bahwa perbedaan waktu di setiap negara menjadi tantangan tersendiri untuk melaksanakan acara ini secara bersamaan. Namun, semua pertunjukan tetap dilakukan pada hari yang sama dengan metode streaming.
“Kami menyiasatinya dengan streaming agar semua tetap bisa tampil di tanggal yang sama, meski waktunya berbeda,” katanya. Bupati Sugiri juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung hingga Reog Ponorogo diakui UNESCO.
Ia secara khusus menyebut Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon atas kontribusinya.
Meski telah mendapat pengakuan dunia, Kang Giri menegaskan bahwa ini baru awal dari tanggung jawab besar untuk melestarikan Reog Ponorogo.
“Saya mengajak semua pihak untuk melakukan konservasi dan kaderisasi. Ada transmisi budaya yang harus terus dijaga agar Reog tetap hidup dan mampu memberikan dampak positif, termasuk dalam bidang ekonomi,” ujarnya.
Kang Giri berharap, melalui langkah ini, kebudayaan Reog tidak hanya tetap lestari tetapi juga mampu membangun karakter bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ponorogo.(Fay)
Redaksi