Peduli Lingkungan,Citramas Group Launching Pencanangan dan Pengembangan Ekosistem Hutan Mangrove di Nongsa

Sheer

Batam-(RempangPos.Com)-Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Nani Hendiarti secara resmi melaunching Pencanangan dan Pengembangan Ekosistem Hutan Mangrove di Nongsa, kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau Senin (27/11/2023).

Peresmian itu ditandai dengan dilakukannya penanaman pohon mangrove secara simbolik oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Nani Hendiarti didampingi  Kris Taenar Wiluan sebagai President Director Citramas Group, Mike Wiluan sebagai CEO PT.Tamarin danDjoko Pramono sebagai Dewan Pembina Yayasan Citramas.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Nani Hendiarti mengatakan sangat mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh Yayasan Citramas Group dalan menjaga kelestarian lingkungan di wilayah Nongsa, kota Batam.

“Salut dan apresiasi saya berikan kepada Yayasan Citramas Group yang telah berinisiatif menjaga kelestarian lingkungan di wilayah Nongsa dengan melakukan penanaman pohon mangrove sejak tahun 2007 yang lalu,” ujar Nani dalam sambutannya.

Dia mengatakan, apa yang telah dilakukan oleh Yayasan Citramas ini sejalan dengan upaya yang didorong oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia sangatlah penting.

Kemudian, tanaman mangrove ini sangat penting sekali bukan hanya lebih spesifik untuk kota Batam ataupun Provinsi Kepri serta negara Indonesia saja, melainkan kontribusi dari tanaman mangrove itu sendiri menjangkau global hingga keseluruh dunia.

Lanjutnya, di Indonesia sendiri manfaat dari pohon mangrove ini sangatlah banyak. Ada sekitar 60 persen penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pesisir. Seperti yang diketahui bersama bahwasannya daerah pesisir itu sangat rentan terhadap perubahan iklim.

“Daerah pesisir itu sangat rentan. Misalnya kenaikan permukaan air laut atau Rab yang terus bertambah. Dan, salah satu yang bisa memproteknya adalah pohon mangrove karena dia berada digarda terdepan,. Jadinya pagarnya pesisir itu ialah mangrove,” sebutnya.

Lanjutnya, dari luas Pulau Batam yang kurang lebih 41.800 hektar ini hanya ada sekitar 4 persen atau 1.800 hektar wilayahnya yang memiliki tanaman mangrove yang eksis yang tersebar di beberapa wilayah kota Batam.

“Artinya apa, dari wilayah 1.800 hektare yang sudah ada dan eksis itu perlu kiranya untuk dipertahankan. Bahkan, jika perlu ditambah lagi wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pohon mangrove itu bisa tumbuh,” harapnya.

Masih menurut Nani, Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masuk kedalam target pemerintah pusat untuk di rehabilitasi.

“Walaupun, Provinsi Kepri sendiri tidak masuk kedalam 9 provinsi yang ada di Perpres nya BRGM, tapi pemerintah pusat tetap memprioritaskan rehabilitasi di Kepri,” imbuhnya.

Salah satu bukti kepedulian pemerintah pusat terhadap Provinsi Kepri yakni pihaknya saat ini sedang menjalin kerjasama dengan negara Singapura mengenai isu Blue Carbon.

Lalu, isu Blue Carbon ini sebenarnya opportunity. Dimana nanti kita bisa mengembangkan program mangrove, namun di pihak lain kita juga bisa mengupayakan benefit dari program tersebut, yang nanti juga bisa digunakan untuk mendukung upaya konservasi dan juga untuk pengembangan komunitas yang ada diwilayah tersebut.

“Dengan kita menjaga mangrove secara bersama-sama, mungkin juga Singapura akan mendapatkan benefit dari program Blue Carbon ini,” sebutnya.

Selain itu lanjutnya, dengan dilakukannya rehabilitasi secara tidak langsung kita akan mengembalikan alam seperti semula, dan juga membantu migrasi hewan-hewan yang hidup di sekitar tanaman mangrove.

“Dengan rehabilitasi pohon mangrove, kita akan mengembalikan alam seperti dulu. Dan, juga kita membantu migrasi hewan-hewan yang hidup di sekitar tanaman mangrove seperti burung, ilar dan lainnya,” sebutnya.

Pihaknya berharap, kepada seluruh pihak baik swasta ataupun instansi pemerintah yang ada di kota Batam dan juga Provinsi Kepri, agar kiranya bisa mencontoh atas apa yang telah dilakukan oleh Citramas Group ini, untuk mempertahankan habitat ekosisten tanaman mangrove.

Dilokasi yang sama, Direktur Tamarin, Mike Wiluan menjelaskan kawasan hutan mangrove yang berada di aliran sungai Nongsa yang bermuara di Pelabuhan Internasional Nongsa Pura, Nongsa, masuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa.

Sehingga sudah menjadi komitmen mereka untuk menjaga kelestarian hutan mangrove di kawasan tersebut. Apalagi, kata Mike untuk menjadi perusahaan kelas dunia, salah satu syaratnya adalah didukung oleh pengelolaan kawasan yang ramah lingkungan.

“Termasuk pelestarian hutan mangrove,” ungkapnya.

Citramas Group melalui Yayasan Citramas dan PT Tamarin sebagai pengelola KEK Digital Nongsa kata Mike berkomitmen penuh melestarikan hutan mangrove di aliran Sungai Nongsa.

Di antaranya membentuk satuan tugas khusus perlindungan hutan mangrove, melakukan pembibitan dan penanaman pada lahan kritis, dan menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai tujuan wisata yang akan dikelola bersama masyarakat, serta menjadikan KEK Nongsa menjadi kawasan hijau.Pungkasnya.(SL)

 

 

 

 

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *